menuju akhirat

This is featured post 1 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 2 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 3 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 4 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

This is featured post 5 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

MONITORING KELEBIHAN BEBAN KENDARAAN BERMOTOR PADA JEMBATAN MELALUI WEBCAM

2 komentar

Jembatan ialah akses yang sangat diperlukan manusia , dengan adanya jembatan dapat mempermudah rutinitas kegiatan pengguna jembatan. Semakin pentingnya suatu struktur maka semakin sering pula struktur tersebut dipakai atau dilalui. Dengan kemajuan teknologi konstruksi dewasa ini, jembatan kadangkala sudah tidak mampu lagi mengatasi masalah yang timbul dilapangan. Jembatan mutu tinggi merupakan salah satu jembatan yang dituntut keberadaanya dan sekarang ini. Sulitnya mempertahankan jembatan agar tetap mulus dalam waktu yang lama, sesuai dengan umur teknis, tmpaknya tidak lagi menjadi hal yang aneh. Dari tahun ke tahun dengan mudah dapat kita jumpai jembatan rusak di Indonesia. Jembatan yang rusak seperti sudah menjadi hal yang rutin dan biasa.kerusakan jembatan nasional ternyata lebih disebabkan oleh truk-truk bermuatan berat serta berlebih

 permasalahan yg ditinjau antara lain, 
·         Jembatan timbang menjadi sumber penghasilan liar bagi petugas
·         Kerusakan jalan Negara , banyak unsur pihak yang mengusahakan diadakannya perbaikan jalan yang terus menerus (mencari celah)
·         Tidak adanya system yang dapat meninjau atau memantau kelebihan beban pada struktur jembatan dan mendokumentasikan pelanggar yang pada jembatan serta mendokumentasikan pelanggar yang melebihi batas beban jembatan
Batasan masalah yang ditinjau kali ini hanya meliputi beban dari 0 hingga 33,12  kg , (pengamatan ini dilaksanakan melalui miniature) selayaknya lomba KJI. Dan bila di aplikasi kan kehidupan nyata tinggal mengalikan  dan menskala miniature jembatan yang kami gunakan.
Regresi adalah bentuk fungsional yang menerangkan hubungan antar variabel. Sedangkan analisis regresi adalah kajian yang mempelajari antar variabel yang saling berhubungan dan dinyatakan dalam persamaan matematika yang saling berhubungan. Dalam analisa regresi terdapat 2 variabel yakni variabel X (variabel bebas/predictor) yang memberikan pengaruh variasi terhadap variabel terikat sedangkan variabel Y (variabel terikat/respon) 
Untuk mengetahui keeratan hubungan linier antar variabel maka diperlukan Koefisien Korelasi.. nilai dari koefisien korelasi berkisar antara 1 hingga -1.
Diberikanlah kriteria sebagai berikut
1.         0  = tidak ada korelasi antar dua variabel tersebut
2.         > 0 – 0,25 = korelasi sangat lemah
3.         > 0,25 – 0,5 = korelasi cukup
4.         > 0,5 – 0,75 = korelasi kuat
5.         > 0,75 – 0,99 = korelasi sangat kuat
6.         1 = korelasi sempurna

Dari hasil penelitian dapat diraih data sebagai berikut .
Beban (kg)
Tegangan rata-rata  (Mv)
O
-4,4
2,76
-4,6
5,52
-4,66
8,28
-4,73
11,04
-4,83
13.8
-4,96
16,56
-5,16
19,32
-5,26
22,08
-5,36
24,84
-5,53
27,6
-5,66
30,36
-5,83
33,12
-6,03

Persentase beban (kg) sebagai variable x sedangkan persentase tegangan rata-rata (Mv) sebagai variable y. setelah menggunakan analisis regresi linier maka diperoleh persamaan sebagai berikut :

itu menunjukan bahwa R² = 0.9892 yang artinya memiliki koefisien korelasi yang baik sehingga dengan bertambahnya beban maka jembatan akan semakin rentan rusak 

Berdasarkan data tersebut dapat diketemukan  koefisien relasinya sebesar  y=-0.0472x – 4.3736 dengan nilai R² = 0.9892 . Persamaan Y= -0.0472X-4.3736  Menunjukan bahwa bertambahnya beban maka jembatan akan semakin rentan rusak 

jika menggunakan regresi polinomial orde 2 maka grafik menjadi sebagai berikut








DEFORMASI JEMBATAN SURAMADU AKIBAT PENGARUH ANGIN

3 komentar



DEFORMASI JEMBATAN SURAMADU AKIBAT PENGARUH ANGIN

Saat ini di Indonesia banyak melakukan pembangunan di berbagai sektor. Salah satunya adalah dalam dunia ketekniksipilan. Di dunia ketekniksipilan, selain bangunan gedung, ada pula infrastruktur yang sekarang sedang gencar dibangun, yaitu jembatan. Jembatan yang paling fenomenal dan paling gencar digembor-gemborkan adalah jembatan Suramadu. Jembatan Suramadu merupakan jenis jembatan gantung ( cable stayed ) dengan struktur bangunan yang dirancang mampu bertahan hingga seratus tahun kedepan ( Suangga dan Subagyo, 2008 ).
                Setelah jembatan berhasil dibangun, tentu saja jembatan juga perlu dirawat agar jembatan Suramadu dapat mencapai target usi teknis. Selain faktor perawatan, terdapat banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi usia teknis jembatan, salah satunya adalah deformasi jembatan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi deformasi jambatan, salah satunya adalah faktor angin yang melintasi jembatan sehingga dapat menjadi tekanan yang menekan jembatan yang dapat menyebabkan deformasi jembatan.
                Dengan adanya informasi mengenai deformasi jembatan akibat kecepatan agin yang melintas, diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu data yang dapat membantu dalah hal pemeliharaan dan perawatan jembatan suramadu agar tercapai usia teknis yang diharapkan.
Percobaan kali ini dihitung menggunakan cara regresi linier dalam statistika terapan, untuk mencari tahu kecocokan data. Regresi adalah bentuk fungsional yang menerangkan hubungan antar variabel. Sedangkan analisis regresi adalah kajian yang mempelajari antar variabel yang saling berhubungan dan dinyatakan dalam persamaan matematika yang saling berhubungan. Dalam analisa regresi terdapat 2 variabel yakni variabel X (variabel bebas/predictor) yang memberikan pengaruh variasi terhadap variabel terikat sedangkan variabel Y (variabel terikat/respon)
Untuk mengetahui keeratan hubungan linier antar variabel maka diperlukan Koefisien Korelasi.. nilai dari koefisien korelasi berkisar antara 1 hingga -1. Koefisien korelasi ini menujukan kekuatan hubungan antar variabel. Jika koefisien mendekati -1 maka dikatakan variabel tersebut hubungannya kuat (negatif) sedangkan jika koefisien bernilai 1 maka variabel tersebut hubungannya kuat (positif) tetapi, jika koefisien korelasi mendekati 0 maka dapat dikatakan bahwa  variabel tersebut hubungannya lemah. Untuk memudahkan dalam menginterpretasi kan koefisien tersebut maka
Diberikanlah kriteria sebagai berkut
1.            0  = tidak ada korelasi antar dua variabel tersebut
2.            > 0 – 0,25 = korelasi sangat lemah
3.            > 0,25 – 0,5 = korelasi cukup
4.            > 0,5 – 0,75 = korelasi kuat
5.            > 0,75 – 0,99 = korelasi sangat kuat
6.            1 = korelasi sempurna
Untuk menguji korelasi antar variabel tersebut digunakan rumus
Ket
Ŷ = Nilai Y berdasarkan hasil persamaan regresi 
                Dari hasil penelitan mengenai deformasi Jembatan Suramadu akibat kecepatan angin adalah sebagai berikut :
                X = pergeseran posisi (m)
                Y = Kecepatan Angin Rata-Rata ( knots )
titik
X
Y
GPS 1
2.113
0.02
GPS 3
2.113
0.015
GPS 5
4.59
0.008
GPS 7
4.59
0.014
GPS 9
3.815
0.003
GPS 11
3.815
0.01

                Dari data diatas, dapat dikatakan bahwa dari tiap GPS yang telah dipasang di beberapa titik, GPS tersebut bergeser beberapa meter. Dari data diatas dapat diperoleh regresi linier dari deformasi Jembatan Suramadu akibat kecepatan angin sebagai berikut :
                Diperoleh R2 = 0.3832, itu berarti korelasi antara dua data tersebut sedikit berhubungan, dengan kata lain, pengaruh kecepatan angin terhadap deformasi Jembatan Suramadu sangatlah kecil.
Dari hasil regresi diatas, diperoleh persamaan Y = -0.0033x + 0.0231dan R2 = 0.3238. Dilihat dari R2 yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa korelasi antara deformasi Jembatan Suramadu dengan kecepatan angin yang melintas tidak memiliki hubungan yang sangat berpengaruh, atau dengan kata lain, pengaruh kecepatan angin yang melintasi Jembatan Suramadu hanya berpengaruh sangat sedikit dalam deformasi Jembatan Suramadu.

SUMBER :

 

1. ANALISIS DEFORMASI JEMBATAN SURAMADU AKIBAT PENGARUH ANGIN. Lysa Dora Ayu Nugraini, Eko Yuli Handoko, ST, MT.
2. Regresi Linier. Bayuaji, Ridho.

6 komentar

PENGARUH TEMPERATUR AIR CAMPURAN TERHADAP KUAT TEKAN BETON
Khairul Miswar
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe

Abstract
The research is to know effect of variation of semen water and the temperature toward pressure
strength of concrete with a few temperature level that is normal temperature (24C,and 1000C.Cemen water factor ( FAS) used 0,45 and 0,55. Test object at this research is selinder
of concrete of standard with diameter 15 cm and high 30 cm amount to the this 24 sample. This
research evaluate the slump mortar and pressure strength the concrete. Result of examination
show that degradation ratio assess the maximum slump for the FAS 0,45 and FAS 0,55 are 80,64
% and 90,33 %. It is happened when concrete mixture with the water  temperature is 100C.Result of research also show that concrete mixture with the normal temperature water (24
C) pressure strength maximum is 33,83 MPa for the FAS 0,45 and 20,80 MPa for the FAS 0,55.
Key words : Cemen water factor, pressure strength, temperature, degradation ratio, Slump


PENDAHULUAN
            Masalah yang dihadapi di lapangan adalah mutu beton menurun akibat perbedaan
temperatur antara lapisan luar beton pada pengecoran elemen konstruksi. Tindakan pencegahan
dilakukan terhadap beton yang masih muda/lunak maupun yang sudah keras. Salah satu
tujuannya ialah mengendalikan semaksimal mungkin penguapan air dalam beton yang berlebihan
bila temperaturnya tinggi. Keadaan ini akan semakin kritis apabila temperatur yang tinggi diikuti
kelembaban yang rendah dan tiupan angin yang kencang. Keadaan semacam ini mempengaruhi
terbentuknya retak-retak pada beton,sebelum maupun setelah pengerasan. Dalam penelitian
Azwir (2001), dikatakan perbedaan temperatur antar lapisan beton mengakibatkan beton
kehilangan kekuatan 20%
Tujuan penelitian ini untuk mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dari struktur
beton dengan berbagai variasi faktor air semen dan temperatur. Variasi faktor air semen diambil
0,45 ; 0,55 dan temperaturnya dipilih 1000C, 750C,  500 C dan 240 C ( temperatur normal )
Pelaksanaan dilapangan, bahan campuran beton seperti air, agregat halus dan agregat
kasar tidak diberi perlindungan dari panas matahari. Akibatnya temperatur bahan-bahan tersebut
lebih tinggi beberapa derajat dibandingkan dengan bahan-bahan yang mendapat
perlindungan.Temperatur bahan campuran yang tinggi akan menyebabkan temperatur campuran
beton akan tinggi. Peningkatan temperatur beton segar juga dipengaruhi oleh jenis semen.
Penelitian yang dilakukan oleh Park dan Paulay (1974) terhadap pasta semen menunjukan bahwa
kekuatan dan kualitas pasta semen dipengaruhi oleh temperatur dari pasta semen pada aat masih
segar.  
Temperatur beton segar yang tinggi, jika tidak mendapatkan perlakuan khusus,dapat
menyebabkan terjadinya internal crack, terlebih pada pengecoran bervolume besar. Hal ini
disebabkan sifat beton yang tidak menghantar panas sehingga pada bagian tengahnya temperatur
meningkat selama proses hidrasi berlangsung. Sedangkan pada bagian luar relatif rendah karena
panas mudah terbebaskan ke udara sekitarnya. Menurut Raju (1983), internal crack akan terjadi
jika terdapat perbedaan temperatur antar lapisan beton melebihi 200 C), 500 C, 75 C. ACI 211-77 menyarankan temperatur beton maksimum 320 C. Akan tetapi di Indonesia sebagai negara tropis, temperaturharian dapat berkisar (30±5)0 C, akan mempengaruhi sifat dan kekuatan beton. Murdock dan Brook (1991) menyebutkan bahwa pengembangan dan penyusutan temperatur tidak selalu seragam pada seluruh massa beton. Kombinasi kimiawi dari semen dan
air diikuti pelepasan sejumlah panas dan hanya dapat lepas dengan cara konduksi pada
permukaan luar beton. Hal ini berarti semakin besar massa beton, maka semakin besar temperature dalam beton yang masih muda umurnya dibandingkan dengan temperatur pada permukaan luar.Konsekwensinya adalah jika perbedaan penyusutan karena temperatur maka akan menyebabkan terjadinya tegangan tarik yang disertai retak-retak pada beton.Peningkatan temperatur beton saat masih dalam keadaan segar disamping mempengaruhi kecepatan proses hidrasi juga akan mempengaruhi kecepatan penguapan air dari permukaan beton yang dapat menyebabkan plastic shringkage sehingga menyebabkan timbulnya retak plastis. Besar kecilnya retak plastis menurut Neville and Brooks (1987), tergantung padakelembaban dan temperatur beton.

METODE PENELITIAN
Perencanaan campuran beton dihitung berdasarkan metode ACI 211-77. Sebelum
dilakukan campuran beton, terlebih dahulu air dipanaskan sampai dengan temperatur yang
direncanakan. Pada pembuatan beton, air digunakan untuk proses kimiawi semen, membasahi
agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang mengandung senyawa –
senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak atau bahan kimia lainnya, bila digunakan dalam campuran baton akan menurunkan kualitas beton, bahkan mengubah sifat – sifat betonyang dihasilkan. Air yang dapat digunakan adalah air tawar yang memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan. Syarat – syarat air sebagai bahan bangunan sebagai berikut : (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam), SK-SNI-S-04-1989F).
a. Air harus bersih.
b. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda melayang lainnya, yang dapat dilihat secara
visual. Benda – benda tersuspensi ini tidak boleh lebih dari 2 gram/liter.
c. Tidak mengandung garam – garam yang dapat larut dan dapat merusak beton, lebih dari 15
gram/liter.
d. Tidak mengandung khlorida ( Cl ) lebih dari 0,5 gram/liter, khusus untuk beton prategang
tidak boleh lebih 0,05 gram/liter.
e. Tidak mengandung senyawa sulfat ( SO ) lebih dari 1 gram/liter.
Sebelum pengadukan dimulai, temperatur air dibuat lebih tinggi 23C dari temperatur rancangan
dengan tujuan ketika bahan campuran dimasukkan ke molen, temperatur air diperkirakan sesuai
dengan yang direncanakan. Perlakuan benda uji dan variasi temperatur diperlihatan pada tabel 1.

 Tabel 1.Pembagian Kelompok Benda Uji dengan Membedakan Temperatur Air
Faktor Air
Semen
(FAS)
Temperature
Air
(oC)
Jumlah Benda Uji
(buah)
0.45
100
3
75
3
50
3
24 (normal)
3
0.55
100
3
75
3
50
3
24 (normal)
3
Total
24
Adapun tahapan penelitian yaitu :
1. Tahapan persiapan bahan
2. Tahapan mix design
3. Pemanasan air campuran (temperatur)
4. Tahapan pengecoran
5. Pemeriksaan kekentalan beton
6. Tahapan pembuatan benda uji
7. Tahapan perendaman benda uji
8. Pengeluaran benda uji
9. Pengujian kuat tekan beton
Peralatan yang digunakan adalah mesin pembebanan (loading tester), cetakan benda uji
silinder, timbangan, oven, gelas ukur, bejana kaca, peralatan slump tes, pengaduk beton/molen,
pemadat mortar dan sat set saringan. Material yang digunakan terdiri atas: semen portland,
agregat kasar (kerikil), agregat halus (pasir kasar dan pasir halus) dan air.
Pembuatan benda uji dimulai dengan memasukkan material ke dalam molen yaitu kerikil,
pasir kasar, pasir halus, semen dan air. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan kekuatan beton
yang baik dan mencegah terjadinya pengumpalan yang mengakibatkan campuran beton tidak
merata. Perawatan benda uji dilakukan dengan cara memasukkan benda uji ke dalam bak
perendaman yang berisi air tawar. Tiga jam sebelum pengujian, benda uji dikeluarkan dari
perendaman agar air permukaan menjadi kering.
 Pengujian kuat tekan dilakukan setelah benda uji mencapai umur sesuai dengan yang
direncanakan. Metode yang digunakan untuk percobaan kuat tekan berdasarkan pada ASTM
C39-72. Beban dibebani sentris sejajar sumbunya. Beban maksimum diperoleh dengan ditandai
turunnya jarum penunjuk angka pembebanan serta diikuti retak atau hancurnya benda uji.
Pengujian kuat tekan dihitung dengan menggunakan persamaan 1
F’c = P/A…………………1
   Dimana :
f’c= kuat tekan beton (N/mm2)
P= beban tekan waktu percobaan (N)
A= luas penempang silinder beton(mm2)


Data hasil pengujian diseleksi secara statistik. Mutu pelaksanaan penelitian dapat dilihat
dari penyebaran nilai-nilai hasil pemeriksaan. Baik tidaknya penyebaran data dapat dilihat dari
simpangan baku (standar deviasi) yang diperoleh. Standar deviasi dihitung dengan menggunakan
persamaan 2
  

Dengan 
S = standar deviasi (kg/cm2 )
Xi= kuat tekan benda uji ke-I (kg/cm2)
X= kuat tekan rata-rata benda uji (kg/cm2 )
Analisa regresi digunakan untuk menganalisa hubungan antara dua variabel atau lebih.
Variabel-variabel yang harus diketahui dalam analisis regresi adalah variabel-variabel yang
mempengaruhi disebut variable bebas (independent variable) dan dipengaruhi disebut variabel
terikat (dependent variable). Pada penelitian  ini variabel bebas adalah temperature mortar dan
umur benda uji. Sedangkan variabel terikat adalah persentase atau rasio kuat tekan benda uji
akibat perlakuan terhadap kuat tekan benda uji kontrol. Menurut Hines (1990), analisis regresi

berganda digunakan apabila variabel bebasnya lebih dari satu.
Hasil pemeriksaan kuat tekan

Pengujian kuat tekan silinder beton dilakukan pada saat beton mencapai umur sesuai
dengan yang direncanakan. Masing-masing benda uji ditimbang beratnya telebih dahulu guna
menyeleksi kembali hasil pemadatan tiap-tiap benda uji saat pengecoran berlangsung. Hasil
pengujian kuat tekan benda uji silinder beton diperoleh berdasarkan beban maksimum dari
masing-masing benda uji dibagi dengan luas penampang benda uji silinder beton. Nilai slump
semakin kecil seiring bertambahnya temperatue mortar. Semakin rendah nilai slump mortar
menandakan kemudahan pengerjaan (workability) semakin menurun.Karena pengaruh temperatur air campuran mencapai 100 C menyebabkan terjadi penurunan lekatan antara agregat dan pasta semen, yang ditandai dengan terjadinya retak-retak dan kerapuhan beton sehingga kekuatan beton menjadi kecil.Campuran beton pada dasarnya diharapkan mampu menahan panas sampai diatas 100C.

Tabel 4. Hasil pengujian kuat tekan Beton FAS 0,45
Temperature Air(oC) 

Umur (Hari)
KuatTekan(Mpa)
Kuat Tekan Rata-Rata (Mpa)

24
28
33.67
33.83
24
28
33.83
24
28
33.98
50
28
31.56
31.52
50
28
31.34
50
28
31.66
75
28
26.48
27.35
75
28
27.74
75
28
27.82
100
28
12.10
12.45
100
28
13.73
100
28
11.52

* Temperature Air 24 oC adalah Temperatur Normal






Tabel 5. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton FAS 0,55
Temperature Air(oC) 

Umur (Hari)
KuatTekan(Mpa)
Kuat Tekan Rata-Rata (Mpa)

24
28
20.57
20.80
24
28
20.39
24
28
21.45
50
28
20.03
19.66
50
28
19.34
50
28
19.61
75
28
17.87
17.34
75
28
16.54
75
28
17.61
100
28
12.50
13.24
100
28
13.91
100
28
13.32

Penurunan kuat tekan beton dapat disebabkan akibat perbedaan derajat suhu pemuaian
pada agregat dan pasta semen. Perbedaan pemuaian ini menyebabkan kerusakan pada perlekatan
pada beton. Kerusakan yang terlihat yaitu beton terkelupas disebabkan tekanan uap panas air.
Beton yang telah padat makin mudah mengelupas karena uap panas tidak keluar melalui pori ke
daerah yang lebih dingin.

KESIMPULAN
1. Perbedaan temperatur mortar dan umur beton berpengaruh signifikan terhadap penurunan
kuat tekan beton.
2. Penurunan nilai slump tertinggi untuk kedua FAS terjadi pada mortar yang dicor dengan
air bertemperatur 1000C.
3. Penurunan kekuatan beton dapat pula disebabkan oleh perbedaan angka muai antara
agregat dan pasta semen.
4. Nilai slump semakin kecil seiring bertambahnya temperatue mortar. Semakin rendah nilai
slump mortar menandakan kemudahan pengerjaan (workability) semakin menurun.

 

staterlicious © 2011 Design by Best Blogger Templates | Sponsored by HD Wallpapers